Senin, 06 September 2010

Pemda Bogor Masih Menutup Situs Batutulis

Polemik mengenai Menteri Negara Agama Said Agil Husein Al Munawar yang memburu harta karun Prabu Siliwangi terus bergulir. Sementara pemerintah pusat berencana melanjutkan penggalian di kompleks Situs Batutulis, Bogor, Jawa Barat. Kendati demikian, hingga Selasa (20/8), Pemerintah Kotamadya Bogor masih menutup lokasi situs di depan Istana Batutulis yang sempat digali atas inisiatif Menag. Di lokasi ini, polisi juga masih memasang police line.

Menurut Kepala Kantor Penerangan Pemkot Bogor Dewi Kurnia, Jumat pekan silam, lokasi situs ditutup atas permintaan DPRD Tingkat II Bogor. Saat itu, DPRD setempat meminta Pemkot Bogor agar menghentikan aktivitas penggalian sejak 14 Agustus silam oleh Menag dan beberapa orang kepercayaannya. Karena itu, Dewi menambahkan, jajarannya telah menyerahkan wewenang kepada Kepolisian Resor Kota Bogor untuk menjaga sekitar lokasi situs. Terutama untuk menghindari penggalian liar dari masyarakat umum [baca: Prasasti Batu Tulis Dibongkar, Warga Bogor Marah].

Sementara itu, Selasa kemarin, Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Pramono Anung mengungkapkan bahwa Presiden Megawati Sukarnoputri membantah memberikan izin membongkar Prasasti Batutulis. Sedangkan Menag meminta maaf kepada masyarakat Indonesia atas penggalian situs sejarah Batutulis. Namun, Said tetap yakin tentang kebenaran peninggalan harta karun di peninggalan Kerajaan Padjadjaran tersebut. Menurut dia, saat ini, penanganan harta karun telah diambil alih Menteri Negara Kebudayaan dan Pariwisata I Gde Ardhika [baca: Presiden Megawati Membantah Mengizinkan Pembongkaran Batutulis].

Kasus ini berawal dari amanat seorang ustad. Kemudian, Menag bersama empat orang penggali dan seorang paranormal menggali areal sekitar situs peninggalan Prabu Siliwangi, sejak Senin hingga Jumat pekan silam [baca: Menag Memburu Harta Karun Prabu Siliwangi]. Konon, di sekitar lokasi itu terdapat harta karun peninggalan Kerajaan Pakuan Padjadjaran. Alih-alih menemukan harta karun, Said malah diprotes warga karena dianggap merusak situs peninggalan sejarah yang tak ternilai harganya. Sejumlah kalangan juga turut menyesalkan kejadian tersebut. Bahkan, hingga kini, polemik mengenai hal itu terus bergulir [baca: Tindakan Menag Menggali Batutulis Dianggap Syirik].

Sekadar diketahui, Kerajaan Pakuan Padjadjaran saat Prabu Siliwangi berkuasa sekitar Abad 14-15 Masehi adalah negeri yang subur nan makmur seperti ungkapan bahasa setempat: Tata Tentrem Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Bahkan, Kerajaan Majapahit dengan Maha Patih Gadjah Mada yang terkenal itu pun tak dapat menundukkan Kerajaan Padjadjaran. Tapi, seiring dengan menyebarnya pengaruh Islam di Pulau Jawa, Kerajaan Padjadjaran mulai kehilangan kekuasaan atas beberapa wilayahnya. Kemudian Kasultanan Cirebon dan Banten dapat menguasai sebagian besar wilayah kerajaan Hindu tersebut.

Menurut tradisi sejarah lisan yang berkembang di Jabar, Prabu Siliwangi beserta para pengikut setianya meninggalkan pusat kerajaan. Konon, mereka menyingkir ke pedalaman Tanah Pasundan karena terdesak pengaruh Islam. Sayangnya, hingga saat ini, bukti-bukti tertulis yang menyebutkan kejadian tadi belum ditemukan. Namun, sebagian masyarakat Tatar Sunda mempercayai bahwa Prabu Siliwangi melakukan moksa (jasadnya menghilang secara gaib). Dengan kepercayaan seperti itu pula, maka mereka mempercayai bahwa Prabu Siliwangi maupun para pengikutnya sempat memendam beberapa harta pusaka di sejumlah daerah yang dilalui saat pelarian. Nah, mungkin inilah yang menginspirasi ustad--kalau tak mau dikatakan menerima wangsit--yang disebut-sebut Menag Said Agil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar